Sabtu, 04 Februari 2017

Penjelasan Mengenai Kritik Sastra

A. Pengertian Kritik Sastra

            Istilah ”kritik” (sastra) berasal dari bahasa Yunani yaitu krites yang berarti ”hakim”. Krites sendiri berasal dari krinein ”menghakimi”; kriterionyang berarti ”dasar penghakiman” dan kritikos berarti ”hakim kasustraan” (Baribin, 1993).      
Pradotokusumo (2005) menguraikan bahwa kritik sastra dapat diartikan sebagai salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap teks sastra sebagai karya seni. Sementara   Abrams dalam Pengkajian sastra(2005) mendeskripsikan bahwa kritik sastra merupakan cabang ilmu yang berurusan dengan perumusan, klasifikasi, penerangan, dan penilaian karya sastra.

            Perkataan kritik dalam artinya yang tajam adalah penghakiman, dan dalam pengertian ini biasanya memberi corak pemakaian kita akan istilah itu, meskipun bila kata itu dipergunakan dalam pengertian yang paling luas. Karena itu kritikus sastra pertama kali dipandang sebagai seorang ahli yang memiliki suatu kepandaian khusus dan pendidikan untuk mengerjakan suatu karya seni sastra. Pekerjaan penulis tersebut memeriksa kebaikan-kebaikan dan cacat-cacatnya dan menyatakan pendapatnya tentang hal itu (Pradopo, 1997).

            Pengertian kritik sastra sebagaimana di atas tidaklah mutlak ketetapannya, karena sampai saat ini, belum ada kesepakatan secara universal tentang pengertian sastra. Namun, pada dasarnya kritik sastra merupakan kegiatan atau perbuatan mencari serta menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dinyatakan kritikus dalam bentuk tertulis. Atau kritik sastra adalah ilmu sastra untuk menghakimi karya sastra dengan memberi penilaian, dan memutuskan apakah karya tersebut bermutu atau tidak bermutu yang sedang dikritik.  Kritik  sastra yang sesungguhnya bukan hanya menilai saja, melainkan masih ada aktivitas kritikus yakni menganalisis karya tersebut. Sebagaimana yang diungkapkann oleh Abrams (1981) bahwa kritik sastra adalah studi yang berhubungan dengan pendefinisian, penggolongan/pengkelasan, penguraian atau analisis, dan penilaian atau evaluasi.

            Analisis merupakan hal yang sangat penting dalam kritik sastra. Sebagaimana Jassin dalam Pengkajian Sastra menjelaskan bahwa kritik sastra ialah baik buruknya suatu hasil kasustraan dengan memberi alasan-alasan mengenai isi dan bentuknya.

            Dari pengertian kritik sastra di atas, terkandung secara jelas aktivitas kritik sastra tiga hal, yaitu menganalisismenafsirkan, dan menilai.

B. Ciri-Ciri Kritik Sastra

Ciri - ciri kritik sastra :
1). Memberikan Penilaian
2). Menunjukkan kelebihan dan kekurangan
3). Penilaian didasarkan pada kriteria tertentu
4). Ada kesimpulan penilaian kritikus

C. Persyaratan Menjadi Kritikus Sastra

Syarat menjadi kritikus sastra :
1). Pengamat sastra yang aktif dengan prinsip memajukan dunia sastra.
2). Menguasai teori sastra dan sejarah sastra.
3). Menguasai unsur ekstrinsik sastra
4). Mempunyai sifat dalam memberikan penilaian membangun (konstruktif).

D. Fungsi Kritik Sastra

Fungsi Kritik Sastra :
1). Bagi Sastrawan yaitu untuk mengetahui/dapat mengukur kadar dirinya.

2). Bagi Dunia Sastra yaitu untuk laju pertumbuhan karya sastra.

3). Bagi Dunia Pendidikan yaitu untuk menambah literatur atau daftar pustaka.

4). Fungsi kritik sastra untuk pembaca :
a. Membantu memahami karya sastra.
b. Menunjukkan keindahan yang terdapat dalam karya sastra.
c. Menunjukkan parameter atau ukuran dalam menilai suatu karyasastra.
d. Menunjukkan nilai-nilai yang dapat dipetik dari sebuah karya sastra.

5). Fungsi kritik sastra untuk penulis :
a. Mengetahui kekurangan atau kelemahan karyanya.
b. Mengetahui kelebihan karyanya.
c. Mengetahui masalah-masalah yang mungkin dijadikan tema tulisannya.

E. Manfaat Kritik Sastra

Manfaat dari kritik sastra dapat diuraikan menjadi 3, yaitu:

1. Manfaat kritik sastra bagi penulis:

a. Memperluas wawasan penulis, baik yang berkaitan dengan bahasa, objek atau tema-tema tulisan, maupun teknik bersastra.
b. Menumbuhsuburkan motivasi untuk menulis.
c. Meningkatkan kualitas tulisan.
 
2. Manfaat kritik sastra bagi pembaca:

a. Menjembatani kesenjangan antara pembaca dan karya sastra.
b. Menumbuhkan kecintaan pembaca terhadap karya sastra.
c. Meningkatkan kemampuan dalam mengapresiasi karya sastra.
d. Membuka mata hati dan pikiran pembaca akan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra.
 
3. Manfaat kritik sastra bagi perkembangan sastra:

a. Mendorong laju perkembangan sastra, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
b. Memperluas cakrawala atau permasalahan yang ada dalam karya sastra. 

F. Kelemahan Kritik Sastra

Kelemahan Kririk Sastra :
1). Dalam memberikan kritikan kadang ada unsur pribadi yang masuk didalamnya, sehingga hasil kritikan belum tentu 100% mengandung kebenaran.
2). Bagi pembaca menjadi berakibat terlalu suka memilih buku, buku yang belum sempat dikritik dianggap tidak berbobot.
3). Bagi penulis yang tidak lapang dada untuk dikritik menjadi enggan menulis secara produktif.

G. Beberapa Kritikus Sastra

Tokoh-tokoh Kritikus Sastra di Indonesia :
1. H.B. Yasim
2. Amal Hamzah
3. Prof. Dr. A.A. Teus
4. Usman Efendi

H. Aspek - Aspek Kritik Sastra

a. Historis
b. Rekreatif
c. Penghakiman

I. Metode Kritikus Sastra

Metode kritik sastra yaitu sebagai berikut :
1). Strukturalisme  yaitu penilaian baik ekstrinsik/intrinsik.
2). Mith/Arketif yaitu didasarkan keyakinan atau mitos dari tokoh.
3). Psikologis yaitu berdasarkan perkembangan kepribadian tokoh.
4). Sosiologis yaitu kehidupan tokoh didalam bermasyarakat.
5). Filosofis yaitu berdasarkan pandangan hidup tokoh.
6). Fenomenologis yaitu berdasarkan gejala masalah atau penyajian konflik dari awal sampai akhir.

Abrams (1981) membagi pendekatan terhadap suatu karya sastra ke dalam empat tipe yakni kritik mimetik, kritik pragmatik, kritik ekspresif, dan kritik objektif.

1). Kritik Mimetik

  Menurut Abrams, kritik jenis ini memandang karya sastra sebagai tiruan aspek-aspek alam. Karya sastra dianggap sebagai cerminan atau penggambaran dunia nyata, sehingga ukuran yang digunakan adalah sejauh mana karya sastra itu mampu menggambarkan objek yang sebenarnya. Semakin jelas karya sastra menggambarkan realita yang ada, semakin baguslah karya sastra itu. Kritik jenis ini jelas dipengaruhi oleh paham Aristoteles dan Plato, yang menyatakan bahwa sastra adalah tiruan kenyataan. Di Indonesia, kritik jenis ini banyak digunakan pada Angkatan 45.

2). Kritik Pragmatik

  Kritik jenis ini memandang karya sastra sebagai alat untuk mencapai tujuan (mendapatkan sesuatu yang diharapkan). Tujuan karya sastra pada umumnya bersifat edukatif, estetis, atau politis. Dengan kata lain, kritik ini cenderung menilai karya sastra atas keberhasilannya mencapai tujuan.Ada yang berpendapat bahwa kritik jenis ini lebih bergantung pada pembacanya (reseptif). Kritik jenis ini berkembang pada Angkatan Balai Pustaka. Sutan Takdir Alisjahbana pernah menulis kritik jenis ini yang dibukukan dengan judul “Perjuangan dan Tanggung Jawab dalam Kesusastraan”. 

3). Kritik Ekspresif

  Kritik ekspresif menitikberatkan pada diri penulis karya sastra itu. Kritik ekspresif meyakini bahwa sastrawan (penulis) karya sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, dan perasaan yang dikombinasikan dalam karya sastra.Dengan menggunakan kritik jenis ini, kritikus cenderung menimba karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan penglihatan mata batin penulis atau keadaan pikirannya.Pendekatan ini sering mencari fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman sastrawan yang, secara sadar atau tidak, telah membuka dirinya dalam karyanya. Umumnya, sastrawan romantik zaman Balai Pustaka atau Pujangga Baru menggunakan orientasi ekspresif ini dalam teori-teori kritikannya. Di Indonesia, contoh kritik sastra jenis ini antara lain:

a. “Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan” karya Arif Budiman.

b. “Di Balik Sejumlah Nama” karya Linus Suryadi.

c. “Sosok Pribadi dalam Sajak” karya Subagio Sastro Wardoyo.

4). Kritik Objektif

  Kritik jenis ini memandang karya sastra sebagai sesuatu yang mandiri, bebas terhadap lingkungan sekitarnya; dari penyair, pembaca, dan dunia sekitarnya. Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi dirinya, tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalinan erat secara batiniah dan menghendaki pertimbangan dan analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik berdasarkan keberadaan (kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan saling berhubungan antar unsur-unsur pembentuknya).Jadi, unsur intrinsik (objektif)) tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, dsb.; tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas, dsb.Pendekatan kritik sastra jenis ini menitikberatkan pada karya-karya itu sendiri. Kritik jenis ini mulai berkembang sejak tahun 20-an dan melahirkan teori-teori:

a.      New Critics di AS

b.      Formalisme di Eropa

c.      Strukturalisme di Perancis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar